Belajarlah Menulis dari Kartini dan Ukirlah Sejarah Karyamu
Tanggal 21 April yang lalu, kita
memperingati Hari Kartini. Beliau adalah sosok pejuang emansipasi wanita yang sangat
berjasa. Di balik masa pingitan yang dijalaninya, Kartini justru menemukan
kemerdekaan baru melalui surat – surat yang ditulisnya bagi sahabat penanya
yang berasal dari Belanda. Inilah yang akhirnya membedakan Kartini dengan para
pejuang wanita lainnya, yaitu kebiasaannya menulis.
Dengan menulis, Kartini bebas mencurahkan
semua gagasan yang ada di kepalanya, semangatnya, spiritualitasnya,
idealismenya dan pemikiran – pemikiran lain yang dimilikinya, tak ayal hal ini
membuat para sahabat pena beliau
mengaguminya. Dan untuk mengabadikan pemikiran – pemikiran Kartini, seorang
temannya membuat buku dari surat – surat yang ditulis oleh Kartini dan
diberinya judul “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
Pada akhirnya, boleh dikatakan bahwa surat
– surat Kartini juga membawa babak baru dalam sejarah Bangsa Indonesia, karena
sejak saat itu perlahan – lahan, kaum wanita khususnya, dapat menikmati
pendidikan dan kesetaraan seperti yang dicita – citakan olehnya. Sekaligus, hal
ini pula menjadi penegasan bahwa dengan menulis berarti kita juga bisa menjadi
sejarah. Minimal, jika kelak kita telah tiada, keluarga kita, sahabat – sahabat
kita dan orang lain akan mengenang kita dari buku – buku yang kita tulis. Menarik,
bukan ?
Tentu setiap penulis pun berkeinginan
untuk menghasilkan buku. Namun, tantangan yang harus dilalui dalam setiap
prosesnya tidaklah mudah. Ada kalanya kita menulis tidak tentu arah. Hari ini
menulis dengan tema pendidikan, lalu tulisan berikutnya dengan tema kuliner,
dan berikutnya tentang fashion, selalu berubah – ubah. Padahal, menurut Ibu
Farrah Dina, menulis itu harus mempunyai Renjana terlebih dahulu.
Apa itu Renjana ? dan strategi apa yang
bisa diterapkan agar pada akhirnya kita pun bisa menjadi sejarah melalui
tulisan atau buku kita ? Berikut ini adalah pemaparan Ibu Farrah Dina selaku
narasumber kegiatan Belajar Menulis pada hari ini.
Profil Narasumber

Awalnya beliau mempunyai kegelisahan,
sulitnya mendapatkan buku bacaan berkualitas untuk anaknya, sehingga akhirnya
beliau memutuskan untuk menulis buku – buku tentang pendidikan anak. Beberapa
judul buku yang ditulisnya yaitu : Mencetak Generasi Kreatif 2011(penulisan
bersama), Membentuk Anak Percaya Diri 2011 (penulisan bersama), Buku bergambar
untuk pembaca pemula (15 judul buku) dan buku bergambar elektronik (3 judul)
tahun 2017 – 2020, dll.
Strategi 4 R Dalam Menulis Buku yang Berkualitas
Menurut Ibu Farrah Dina, setiap manusia
pasti memiliki keinginan untuk dikenang melalui sejarah. Oleh karena itu,
penting sekali bagi kita untuk menulis buku, karena semua pemikiran kita dan
apa yang kita rasakan semuanya bisa diabadikan dan dikenang sepanjang masa
melalui buku. Namun, kita tidak bisa berhenti setelah bisa menulis. Kita masih
harus mengasah dan memoles keterampilan menulis kita agar setiap tulisan kita dapat
berakhir menjadi buku yang berkualitas dan layak untuk diterbitkan.
Berikut ini adalah strategi 4 R
yang dapat digunakan untuk menulis buku yang berkualitas dan layak untuk
diterbitkan :
1. Renjana
Renjana adalah bentuk terjemahan kata
“Passion” dalam Bahasa Indonesia. Passion adalah sesuatu yang sangat menarik
untuk kita, sesuatu yang menjadi pemikiran kita, dan jika kita melakukannya,
maka kita akan merasa mudah, nyaman, dan menyenangkan.
Dalam menulis harus diawali dengan
Renjana, karena ketika menulis didasari oleh Renjana, maka tulisan itu akan
cepat selesai dan hasilnya pun berkualitas. Ide akan mengalir dengan mudah
ketika kita menulis dari apa yang kita sukai dan kita kuasai. Sebagai contoh,
jika Anda senang membaca novel, maka tulislah novel sebagai jenis cerita fiksi,
namun jika Anda senang dengan data – data hasil penelitian, maka tulislah jenis
cerita non fiksi.
2.
Rutin
Seringkali disampaikan bahwa penulis
yang baik adalah pembaca yang baik. Oleh karena itu, seorang penulis yang baik
juga harus rutin membaca selain rutin menulis. Karena dengan rutin membaca,
akan menarik minat dan motivasi kita
untuk menulis. Logikanya, ketika kita banyak membaca, maka kantong – kantong
pikiran kita akan menjadi penuh dan menuntut untuk dikeluarkan dalam bentuk
tulisan. Dalam hal ini sebaiknya seorang penulis menentukan genre bacaan dengan
genre tulisannya agar lebih menghemat waktu dan energi dalam menulis.
Banyak orang yang akhirnya terjebak
dengan kata rutinitas. Mereka cenderung memaknai rutinas sebagai sebuah
kegiatan yang secara otomatis akan berjalan dengan biasa – biasa saja.
Sehingga, pemaknaan rutin menulis di sini, harus dibedakan dengan rutinitas
lainnya.
Rutin menulis maksudnya menulis kapan
pun dan di mana saja. Rumus penulis hebat adalah mereka selalu menyediakan
waktu khusus dan tempat khusus untuk tetap menulis. Sehingga Ketika dia hadir
di tempat khusus dan pada waktu khusus itu, dia akan langsung terkondisikan
untuk menulis.
Namun untuk menganggap menulis
sebagai rutinitas, kita juga harus memiliki predictable place dan predictable
time. Dengan demikian seorang penulis harus mampu menulis di mana saja, kapan
pun dan tentang apa pun. Menulis tentang apapun, dapat dilakukan dengan
melakukan pengamatan tentang hal – hal berbeda yang menarik untuk kita. Jangan
khawatir jika saat kita menemukan hal – hal menarik sebagai bahan tulisan itu
justru pada saat kita tidak sedang berada di depan laptop. Gunakan aplikasi
note yang ada di Hp sebagai alat bantu rekam ide.
Nantinya note yang kita gunakan
tersebut juga berfungsi sebagai bank – bank cerita. Menulis di bank cerita
harus detail, bukan hanya menuliskan apa yang bisa kita amati, namun juga
mendeskripsikan emosi / perasaan kita. Sehingga kapan pun kita mau
menuliskannya, maka kita dapat merecall nya lagi dengan mudah.
3.
Review
Proses terpanjang dari rangkaian
menulis dan menerbitkan buku adalah Review. Banyak penulis pemula merasa kurang
percaya diri dengan tulisannya, dan cenderung ingin menjadikan tulisannya
sebagai sebuah tulisan yang sempurna. Sehingga pada saat menulis, dia juga
sekaligus mereview tulisannya. Namun, celakanya, tulisan itu tidak pernah
selesai karena sebagai penulis, dia juga menjadi editor naskahnya.
Itulah dosa penulis pemula yang
sering dilakukan dan menjadi penyebab gagalnya penulis pemula menerbitkan buku.
Sebenarnya tahap editing tidak bisa digabungkan secara sekaligus dalam tahap
menulis buku, namun dilakukan pada tahap review.
Review juga penting dilakukan untuk
melihat market kita. Market maksudnya adalah audience atau
sasaran buku yang kita tulis.
4.
Ruang bagi pembaca
Ketika
melakukan Review, libatkan pembaca dari buku yang kita tuju. Sebagai penulis,
kita tidak bisa mengambil peran sebagai pereview juga, karena pasti hasilnya
akan menjurus pada subyektivitas. Jika kita menulis buku untuk anak – anak,
maka libatkan anak – anak yang ada di sekitar kita atau di mana pun sebagai
pereview.
Hal
yang penting untuk dipahami oleh penulis dalam tahap review melalui ruang bagi
pembaca adalah, jangan mengharap akan mendapatkan feedback yang positif,
melainkan mintalah mereka untuk memberikan koreksi atau saran terhadap buku
tersebut (feedback negatif). Mintalah mereka mengungkapkan apa yang harus
diperbaiki dari buku tersebut, apa yang tidak mereka sukai, apa yang sulit bagi
mereka, dan bagian mana yang tidak menarik dari buku tersebut. Sehingga dari
sana, kita akan dapat mengetahui kelemahan buku itu dan memperbaikinya.
Bagi
seorang penulis, kehadiran pembaca adalah hal yang penting, oleh karen itu,
penulis juga harus berperan dalam mempromosikan tulisannya, misalnya melalui
postingan di media sosial dan melibatkan orang – orang yang ada di sekitar kita
untuk mereview, misalnya keluarga dan kolega kita.
Menurut Ibu Farrah Dina, strategi menulis
dengan menggunakan 4 R sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas, tidak harus
selalu dilakukan secara berurutan. Strategi 4 R merupakan rangkuman strategi
menulis yang banyak diterapkan oleh para penulis lainnya. Bagi seorang penulis,
yang lebih penting adalah menulis sesuai dengan Renjana kita.
Namun ada juga penulis yang sampai saat
ini masih kesulitan dalam menemukan passionnya, maka cara paling mudah yang
dapat dilakukan adalah dengan terus menulis dan melihat kecenderungan menulis
kita. Misalnya, bandingkan lama waktu dan emosi kita saat menulis fiksi dan non
fiksi. Dari situ, kita akan menyadari passion menulis kita yang sebenarnya.
Tulisan yang sesuai dengan passion kita akan cenderung lebih cepat selesai dan
lebih mudah untuk ditulis dan diselesaikan. Karena kita menyukainya dan
menguasainya sehingga ide menulis pun lebih mengalir.
Jika kita sudah mampu menulis dengan
memulainya dari apa yang kita sukai dan kita kuasai, maka perlahan – lahan
kegiatan menulis akan menjadi sebuah rutinitas bagi kita. Dan jika kita sudah
rutin menulis, kita akan bisa menulis dengan genre apapun melalui latihan dan
pembiasaan, dan pada akhirnya, kita sampai pada level berikutnya yaitu menulis
sesuai kebutuhan pembaca.
Baca Juga : Kisah Sukses Menulis dan Menerbitkan Buku di Penerbit Mayor
Sumber Gambar : https://images.app.goo.gl/hfFFVxUDpxA4sBcFA
Baca Juga : Kisah Sukses Menulis dan Menerbitkan Buku di Penerbit Mayor
Sumber Gambar : https://images.app.goo.gl/hfFFVxUDpxA4sBcFA
Kesimpulan : Untuk dapat menulis buku yang berkualitas,
kita memerlukan strategi 4 R yaitu :
Renjana, Rutin, Review, dan Ruang bagi pembaca. Keempat strategi tersebut tidak
harus dilakukan secara berurutan, namun sebaiknya penulis mempunyai Renjana
terlebih dahulu agar buku tersebut bukan hanya mempunyai kualitas yang baik,
namun juga menjadi maha karya yang bersejarah bagi dirinya, keluarganya dan
orang lain yang membacanya. Oleh karena itu, belajarlah menulis dengan merdeka dari
tokoh Kartini yang tulisannya tidak pernah lekang dimakan waktu.
semangat zerus cikgu tere..
BalasHapusKeren sekali intronya bagus
BalasHapusSelamat ibu tere
BalasHapusProlognya jempol
BalasHapusSippp..yahuuuddd
BalasHapusPass..ok bnr2 memotivasi
BalasHapusSerasa dapat energi baru untuk menulis lebih baik lagi setelah membaca materi ini
BalasHapusmantapp..ok banget
BalasHapus