Bangun Lebih Pagi, Sebuah "Self Drive" Menuju Kesuksesan

Sejak kecil orang tua saya berpesan agar saya membiasakan diri dengan bangun pagi. Alasannya biar rezekinya tidak keburu dipatuk ayam. Karena kalau hidup di kampung, para ayam yang biasanya berkokok saat pagi seolah membangunkan semua makhluk yang tertidur dengan lelap. 

Pesan ini selalu saya ingat, bahkan sampai sekarang. Saya juga berusaha mendidik anak saya dengan hal yang sama. Karena saya ingin anak saya juga mempunyai kebiasaan yang sama. 

Secara sederhana, memang banyak keuntungan jika kita memiliki kebiasaan ini. Badan terasa lebih segar dan bugar serta kita dapat melakukan banyak hal tanpa terburu - buru. 

Namun, apakah saya selalu dapat melakukan hal ini ? Jawabannya tentu saja tidak. Apalagi jika hari libur. Tubuh ini sepertinya terformat untuk sedikit bermalas - malasan. Alih - alih bangun lebih pagi, meskipun alarm sudah berbunyi, saya malah kembali menyelimuti tubuh dan bangun untuk sekedar mematikan alarm. 

Saya rasa ini adalah hal yang manusiasi, sebab tubuh kita juga tidak selalu berada dalam kondisi prima. Aktivitas melelahkan di hari sebelumnya "memaksa" tubuh untuk membayarnya dengan istirahat ekstra. 

Tapi, kembali lagi pada topik sebelumnya. Bahwa membangun kebiasaan bangun lebih pagi sangat menguntungkan. Saya dan teman saya sudah membuktikannya. 

Hari ini, saya dan teman melakukan perjalanan ke Jakarta. Sebelumnya, kami berangkat dari Bandara Tambolaka menuju Bali dan menginap satu malam di Bali (transit).

Penerbangan ke Bali berjalan dengan lancar sesuai jadwal. Kami pun dapat beristirahat beberapa jam dengan menginap di salah satu hotel di dekat bandara. 

Pukul 04.00 Wita saya terbangun dan sadar bahwa hari ini harus berada di bandara Bali pada Pkl. 07.00 karena waktu boarding Pkl. 09.30 Wita. Saya memperkirakan waktu tersebut berdasar pengalaman saat check in dalam penerbangan sebelumnya dari Bandara Bali. 

Dengan adanya kondisi perlakuan khusus bagi para pelaku perjalanan, maka pihak bandara akan melakukan proses validasi hasil rapid antigen sebelum penumpang dapat melakukan check in di counter check in seperti biasanya. Hal ini tentu saja memakan waktu apalagi jika dalam saat bersamaan banyak penumpang lain yang akan melakukan proses validasi dan check in

Pkl. 06.00 Wita saya mandi dan sempat makan kue untuk mengisi perut. Setelah itu Pkl. 07.00 kami pun menuju bandara. Sebuah insiden kecil pun terjadi. Ternyata teman saya mengalami kendala teknis di hasil rapid test. Akibatnya dia harus menjalani pemeriksaan rapid test ulang di bandara. 

Saya pun menyelesaikan proses check in di counter self check in dengan bantuan petugas sambil menunggu teman saya melakukan rapid test ulang. 

Cukup lama saya menunggunya. Saya pun melihat jam sudah menunjukkan Pukul 08.00 Wita. Harusnya saya sudah duduk manis di Gate 2. Namun, saya putuskan menunggu teman saya dan bersama - sama menuju pintu keberangkatan. 

Pukul 08.15 Wita, teman saya terlihat memasuki counter check in. Saya pun merasa lega. Kami masih punya cukup waktu untuk berjalan menuju pintu keberangkatan pesawat di Gate 2. Bahkan saat ini saya pun masih sempat menulis cerita ini sambil beristirahat di Gate 2 dan menunggu waktu boarding

Tidak terbayang, jika tadi saya bangun terlambat, pasti tidak sempat makan dan bahkan terlambat untuk check in. Atau bisa juga tertinggal penerbangannya. 

Teman saya pun berterima kasih karena saya mengajaknya untuk check in lebih awal di bandara sehingga insiden yang dialaminya tidak menjadi lebih buruk dampaknya. 

Apakah sahabat Cikgu Tere juga pernah mengalami insiden serupa ? Nyaris gagal karena salah mengatur waktu atau bahkan pernah mengalami suatu kejadian tidak menyenangkan hanya karena terlambat bangun ? 

Jika sahabat pernah mengalaminya, saya yakin sahabat pasti tidak ingin mengulanginya lagi. Oleh karena itu, sesuai judul artikel ini, saya rasa kita bisa menyepakati bahwa kebiasaan sederhana seperti bangun lebih pagi akan membawa kita menuju kesuksesan. 

Lantas bagaimana hal ini dihubungkan dengan peran kita sebagai guru? Seorang guru tentunya harus mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk dapat menyelenggarakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa. 

Persiapan di sini bukan hanya dipandang dari segi administrasi berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dll. Melainkan lebih kepada menyiapkan berbagai soft skill yang akan diimplementasikan dalam pembelajaran. 

Tanggung jawab utama keberhasilan pendidikan memang ada pada pundak siswa. Namun, guru perlu menyadari bahwa sebagai seorang pendidik, guru harus menuntun siswa sesuai kodrat alam dan kodrat zamannya agar mencapai tujuan yang diharapkannya. 

"Bangun lebih pagi" bagi seorang guru bukan hanya tentang mengatur waktu yang sesungguhnya. Namun, lebih kepada perubahan pola pikir dan perilaku guru itu sendiri. Upaya jemput bola sebagai sebuah solusi untuk perubahan paradigma pendidikan perlu dilakukan oleh guru. 

Untuk mencapai hal tersebut, dibutuhkan tekad dan semangat dari guru itu sendiri. Sehingga pada saat berada di tengah kondisi yang tidak mendukung, guru diharapkan sudah siap untuk mengatasinya dan mencapai kesuksesan. 

Contoh sederhana adalah ketika gaung Guru Pembelajar mulai terdengar, banyak guru yang termotivasi untuk mengikuti berbagai kegiatannya. Namun, ada juga guru yang masih enggan keluar dari zona nyamannya. 

Penggunaan tool - tool pembelajaran yang interaktif serta pemanfaatan TIK dalam melakukan inovasi di bidang pendidikan sudah terlebih dahulu dibahas dalam berbagai kegiatan pelatihan guru yang diselenggarakan oleh berbagai pihak. 

Saya sendiri secara rutin mengisi waktu istirahat di rumah untuk mengikuti berbagai kegiatan online, bahkan jauh sebelum pandemi menyerang bumi pertiwi. 

Hal inilah yang diharapkan dari seorang guru. Mental yang tangguh, berani mencoba hal baru dan menaklukan tantangan dengan terus belajar, belajar, dan belajar. 

Inilah sikap dan penghayatan untuk  "bangun lebih pagi" bagi seorang guru. Sehingga di saat sekarang, di mana pembelajaran dilakukan dengan pola PJJ, guru yang "bangun lebih pagi" sudah siap untuk mengelolanya dengan lebih baik. 

Jadi, pesan Cikgu Tere bagi para sahabat adalah mari manfaatkan waktu seefektif mungkin. Bangunlah kebiasaan - kebiasaan kecil dan sederhana namun berdampak luar biasa terhadap perjuangan kita menuju kesuksesan. 

Salam perubahan, bergerak dan terus belajar. 





Belum ada Komentar untuk "Bangun Lebih Pagi, Sebuah "Self Drive" Menuju Kesuksesan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel